Jumat, 18 Januari 2013

suku bawean



SUKU BAWEAN
Sejarah
Suku Bawean berasal dari Jawa Timur. Suku Bawean lebih di kenal dengan sebutan Boyan oleh masyarakat Melayu Malaka dan Malaysia dan dalam pandangan mereka Boyan berarti sopir dan tukang kebun (kephun dalam bahasa bawean) karena profesi sebagian masyarakat asal Bawean adalah bekerja di kebun atau sebagai sopir. Orang-orang Bawean merupakan satu kelompok kecil dari masyarakat Melayu yang berasal dari Pulau Bawean yang terletak di Laut Jawa antara dua pulau besar yaitu Pulau Kalimantan di utara dan Pulau Jawa di selatan. Letak Pulau bawean sekitar 80 mil ke arah utara Surabaya dan masuk kabupaten Gresik. Pulau Bawean memliki 2 kecamatan yaitu kecamatan Sangkapura dan Tambak. Diponggo merupakan salah satu keluarahan di Pulau Bawean yang bahasanya berbeda dengan desa-desa lain, masyarakat Diponggo menggunakan bahasa semi jawa yang merupakan warisan dari seorang ulama wanita bernama Waliyah Zainab yang masih keturunan dari Sunan Ampel.

Kedatangan orang-orang Bawean ke Malaka tidak dapat ditentukan waktunya karena tidak ada bukti dan dokumentasi sejarah. Berbagai pendapat yang dikemukakan tidak bisa menunjukkan waktu yang tepat. Pendapat pertama mengatakan bahwa ada orang yang bernama Tok Ayar datang ke Malaka pada tahun 1819. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa orang Bawean datang pada tahun 1824, kira-kira semasa penjajahan Inggris di Malaka. Pendapat yang ketiga mengatakan orang Bawean sudah ada di Malaka sebelum tahun 1900 dan pada tahun itu sudah banyak orang Bawean di Malaka. Masyarakat Bawean umumnya tinggal di kota atau daerah yang dekat dengan kota jarang ditemukan orang Bawean yang tinggal jauh dari kota. Jumlah orang Bawean yang terdapat di Malaka diperkirakan tidak melebihi seribu orang.
Orang Bawean juga tersebar di Lembah Klang, seperti kawasan Ampang, Gombak, Balakong, dan Shah Alam. Mereka membeli tanah dan membangun rumah secara berkelompok. Di Gelugor, Pulau Pinang, terdapat sekurang-kurangnya 2 keluarga besar orang Bawean. Mereka menggunakan bahasa Melayu dialek Pulau Pinang untuk bertutur dengan orang bukan Bawean.
Karena tinggal di Malaysia anak-anak yang lahir disana telah menjadi warga Malaysia. Perantau-perantau yang datang dari tahun 90-an ada yang telah menerima status penduduk tetap. Orang Bawean terkenal dengan keahlian membuat bangunan dan rumah. Ada juga yang menjadi usahawan kecil seperti sub-kontraktor pembersih bangunan dan peniaga runcit.
Perbedaan Orang Bawean dan Orang Madura
Walaupun bahasa mereka mirip tetapi adat dan budaya mereka berbeda. Tidak yang ada di Baweanitu orang madura karena dahulu sudah ada kerjaan yang dipimpin oleh raja babileono (juga dikenal sebagai raja babi). Selain itu juga karena adanya perkawinan campuran madura, jawa, bugis maupun palembang sehingga memengaruhi pada kebiasaan dan adat istiadat mereka
Budaya-Budaya Orang Bawean
  • Kercengan
Biasanya di gunakan pada saat upacara pernikahan. Penari berbaris sebaris atau dua baris. Pemain kompang dan penyanyi duduk di barisan belakang. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pemain kercengan terdiri dari laki-laki dan perempuan.
  • Cukur Jambul
Bayi yang telah genap usianya 40 hari mengikuti acara bercukur jambul. Adat ini sama seperti adat orang Melayu dan Jawa. Bacaan berzanji bersama paluan kompang merayakan bayi yang di cukur rambutnya.

Sifat Orang Bawean
Orang bawean memiliki sifat yang suliat di atur, keras, dan sok pinter sifat tersebut menunjukan bahwa orang bawean adalah orang yang hebat dengan tingkat kemandirian yang lebih.

 sumber :
  http://id.wikipedia.org/wiki/suku_bawean

Tidak ada komentar:

Posting Komentar