BAB VI
SUMBERDAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN
1.
Sumberdaya
Ekonomi
Sumberdaya Ekonomi adalah segala
sumberdaya yang dimiliki berupa barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia, baik itu yang berasal dari sumber daya alam (SDA) maupun dari sumber
daya manusia (SDM) yang dapat memberikan manfaat atau keuntungan (benefit)
serta dapat diolah sebagai modal dasar dalam pembangunan ekonomi.
Sumberdaya Ekonomi merupakan salah
satu bentuk dari sumber daya konsumen. Sumberdaya Ekonomi terdiri dari :
a.
Sumber Daya Alam (SDA)
Semua sumber/kekayaan yang berasal dari alam (tanah,
air, angin, cahaya matahari, mineral, dsb). Contoh: Sumber daya tanah
dapat dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan, lalu hasil perkebunan tersebut
dijual sehingga menghasilkan keuntungan.
b.
Sumber Daya Manusia (SDM)
Semua kegiatan manusia baik jasmani
(fisik) maupun rohani yang bertujuan untuk kegiatan produksi. Contoh : petani,
nelayan, buruh, karyawan, pegawai, dll.
c.
Sumber Daya Kewirausahaan
Suatu sikap, perilaku, semangat seseorang dalam
menangani sebuah usaha dan kegiatan ekonomi, sehingga dapat menghasilkan
keuntungan. Contoh : pengusaha kain, pengusahan tahu dan tempe, pengusaha
peternakan, dll.
d.
Sumber Daya Modal
Sumber daya yang dibuat oleh manusia baik berupa uang
maupun barang yang dapat digunakan dalam membantu proses kegiatan produksi.
Contoh : uang, bahan baku, bahan bakar, mesin, bangunan / gedung untuk
produksi, dll.
Sumber daya ekonomi mempengaruhi
sumber daya konsumen, atau biasa dikenal dengan potensi ekonomi. Keadaan ekonomi
konsumen sangat mempengaruhi konsumen tersebut dalam mengambil sebuah
keputusan. Keputusan konsumen sehubungan dengan produk sangat dipengaruhi
oleh jumlah sumber daya ekonomi yang dimiliki pada saat ini maupun pada masa
yang akan datang. Berikut ini adalah pembagian sumber daya ekonomi (pendapatan)
konsumen, yaitu:
a.
Sumber daya ekonomi individu
b.
Sumber daya ekonomi keluarga
c.
Sumber daya ekonomi rumah tangga
Selain
pendapatan, sumber daya ekonomi lainnya yaitu kekayaan (asset / nilai bersih)
dan kredit. Kekayaan seseorang berkorelasi dengan pendapatan orang tersebut.
2.
Sumberdaya
Sementara
Waktu
menjadi variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen karena
kemiskinan waktu yang semakin banyak dialami orang Amerika. Jam yang dihabiskan
di tempat kerja setiap minggu (termasuk waktu pulang pergi, pekerjaan rumah
tangga, dan pekerjaan sekolah) meningkat dari 40,6 jam pada tahun 1973 menjadi
47,3 pada tahun 1984. Pada waktu yang sama, rata-rata jumlah jam yang tersedia
untuk waktu senggang tuun dari 26,2 jam menjadi 18,1 jam perminggu. Salah
satu variabel yang paling individual dari perilaku manusia berhubungan dengan
bagaimana orang menggunakan anggaran waktu mereka. Kebanyakan dihabiskan untuk
bekerja, tidur, dan kegiatan wajib lain. Namun, suatu bagian dihabiskan untuk
kegiatan yang sangat pribadi yang disebut waktu senggang (leisure), yang
mencerminkan baik keperibadian maupun preferensi gaya hidup.
3.
Sumberdaya
kognitif
Pengertian
sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya
schemata skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam
tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke
dalam konstruktivisme :
· Sumber Daya Konsumen Perhatian
· Sumber Daya Kognitif – Perhatian
Sumberdaya
Kognitif menggambarkan kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan
berbagai kegiatan pengolahan informasi Alokasi Kapasitas Kognitif dikenal
sebagai perhatian (attention).
Perhatian terdiri dari dua
dimensi :
· Arahan (direction) menggambarkan fokus perhatian
· Intensitas mengacu pada jumlah kapasitas yang
difokuskan pada arahan tertentu. Karena
kapasitas tersebut terbatas, orang harus selektif dalam apa yang mereka
perhatikan dan berapa banyak perhatian dialokasikan selama pengolahan informasi.
Contoh : Psikologi kognitif
menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada
dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.
4. Kandungan Pengetahuan
Pengetahuan
produk meliputi :
- Kesadaran
mengenai katagori dan merek produk.
-
Terminologi produk
-
Atribut atau ciri produk
-
Kepercayaan tentang katagori produk secara umum dan mengenai merek spesifik.
5.
Organisasi Pengetahuan
Sistem pengetahuan organisasi
Digunakan untuk Mengatur bahan-bahan untuk tujuan pengambilan dan untuk
mengelola koleksi. Sebuah KOS berfungsi sebagai jembatan antara kebutuhan
informasi pengguna dan materi dalam koleksi. Sebuah berfungsi KOS Sebagai
jembatan antara kebutuhan pengguna informasi dan materi dalam koleksi. Dengan
itu, pengguna harus dapat mengidentifikasi objek menarik tanpa pengetahuan
sebelumnya keberadaannya. Dengan itu, pengguna harus dapat mengidentifikasi
objek menarik tanpa pengetahuan sebelumnya keberadaannya. Baik melalui browsing
atau mencari langsung, baik melalui tema pada halaman Web atau situs mesin
pencari, para KOS membimbing pengguna melalui proses penemuan. Baik melalui
mencari atau browsing langsung, baik melalui tema pada halaman Web atau situs
mesin pencari, para KOS membimbing pengguna melalui proses penemuan. Selain
itu, Koss mengijinkan penyelenggara untuk menjawab pertanyaan mengenai cakupan
pengumpulan dan apa yang dibutuhkan untuk melengkapi itu.
Semua
perpustakaan digital menggunakan satu atau lebih KOS. Semua perpustakaan
digital Menggunakan satu atau lebih KOS. Sama seperti di perpustakaan fisik,
para KOS dalam perpustakaan digital memberikan gambaran umum isi koleksi dan
mendukung pengambilan. Sama seperti di perpustakaan fisik, ayat dalam
perpustakaan digital KOS Memberikan gambaran umum isi koleksi dan mendukung
pengambilan. Mungkin skema KOS tradisional yang relevan dengan ruang lingkup
materi dan audiens yang diharapkan untuk perpustakaan digital (seperti Sistem
Desimal Dewey atau INSPEC Thesaurus), sebuah skema yang dikembangkan secara
komersial seperti Yahoo atau Excite kategori, atau lokal mengembangkan skema
untuk intranet perusahaan. Mungkin skema KOS tradisional yang relevan dengan
materi dan Ruang Lingkup audiens yang diharapkan untuk perpustakaan digital
(seperti Sistem Desimal Dewey atau INSPEC Thesaurus), sebuah skema yang
dikembangkan secara komersial seperti Yahoo atau Excite kategori, atau
mengembangkan skema lokal untuk intranet perusahaan.
6.
Mengukur
Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan objektif
adalah pengukuran yang menyadap apa yang benar-benar sudah disimpan oleh
konsumen di dalam ingatan. Ukuran pengetahuan objektif, yang berfokus pada
potongan informasi khusus yang mungkin diketahui konsumen. Dan pilihan akhir
untuk menilai pengetahuan adalah dengan menggunakan ukuran pengetahuan
subjektif. Pengetahuan ini direflesikan oleh pengukuran yang menyadap persepsi
konsumen mengenai banyaknya pengetahuan mereka sendiri. Pada dasarnya, konsumen
diminta untuk menilai diri mereka sendiri berkenaan dengan pengetahuan produk
atau keakraban mereka. Ukuran pengetahuan subjektif berpusat di sekitar kesan
konsumen mengenai pengetahuan total dan keakraban mereka.
Akhirnya, pertimbangan diberikan
pada metode alternatif untuk pengukuran pengetahuan. Pengalaman pembelian atau
pemakaian, walaupun tentu saja berhubungan dengan pengetahuan, tidak harus
memberikan indikasi yang akurat mengenai beberapa persisnya informasi yang
dimiliki konsumen.
Pengetahuan konsumen terdiri dari
informasi yang disimpan didalam ingatan. Pemasar khususnya tertarik untuk
mengerti pengetahuan konsumen. Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai
produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka. Di dalam psikologi
kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif melibatkan fata
subjektif yang sudah diketahui. Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi
dua kategori, yaitu pengetahuan episodik dan pengetahuan semantik. Sedangkan pengetahuan
prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat digunakan. Fakta ini
juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta tersebut tida perlu sesuai
dengan realitas objektif.
BAB VII
SIKAP, MOTIVASI, DAN KONSEP DIRI
1. Komponen Sikap
Para pakar psikologi
sosial selalu mengkaji sikapsebagai komponen dari sistem yang terdiri atas tiga
bagian atau disebut juga skema triadik yaitu; keyakinan mencerminkan komponen
kognitif, sikap merupakan komponen afektif, dan tindakan mencerminkan komponen
perilaku (Atkinson, R, L., Atkinson, R, C., & Hilgard, E, R., 1983:371).
Dewasa ini, definisi
yang paling umum menggabungkan unsur – unsur dari kedua pendekatan, yaitu :
sikap terhadap objek gagasan atau orang tertentu yang merupakan orientasi yang
bersifat menetap dengan komponen – komponen yang merupakan hasil dari suatu
interelasi terhadap sikap, dimana komponen – komponen tersebut menurut Allaport
(dalam Mar’at, 1981) ada tiga, yaitu :
a.
Komponen kognitif, yaitu komponen yang
tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seeorang tentang
objek sikapnya. Dari pengetahuan tesebut kemudian akan terbentuk suatu
keyakinan tertentu tentang objek dari sikap tersebut.
b.
Komponen afektif, yaitu komponen yang
terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap suatu objek,
terutama penilaian, yang bersifat evaluatif dan berhubungan erat dengan nilai –
nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
c.
Komponen konatif, yaitu merupakan
kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek
sikapnya.
Interaksi antara
komponen sikap:
a.
Seharusnya membentuk pola sikap yang
seragam ketika dihadapkan pada objek sikap.
b.
Apabila salah satu komponen sikap tidak
konsisten satu sama lain, maka akan terjadi ketidakselarasan.
2. Sifat-sifat Sikap
Seperti kita ketahui
secara umum, bahwa sikap dapat dibagi menjadi dua sifat yaitu sifat negatif dan
sifat positif. Sifat negatif menimbulkan kecenderungan untuk menjauh, memberi
ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedangkan sifat positif
menimbulkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekat, menerima, atau bahkan
mengharapkan kehadiran objek tertentu. Sikap selain memiliki dua sifat, juga
memiliki beberapa ciri-ciri antara lain :
a.
Sikap selalu menggambarkan hubungan
subjek dengan objek.
b.
Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi “dipelajari”
berdasarkan pengalaman dan latihan.
c.
Karena sikap dapat “dipelajari” maka
sikap dapat diubah meskipun sulit.
d.
Sikap tidak menghilang walau kebutuhan
sudah terpenuhi.
e.
Sikap tidak hanya satu macam saja
melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya.
f.
Dalam sikap tersangkut faktor motivasi
dan perasaan.
3. Penggunaan Multiatribute Attiude
Model untuk Memahami Sikap Konsumen
The attribute-toward-object
model, digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu kategori produk
atau merk spesifik. Hal ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi
terhadap sesuatu. Pembentukan sikap konsumen yang dimunculkan karena telah
merasakan sebuah objek. Hal ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
The attitude-toward-behavior,
model digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui tingkah laku daripada
sikap terhadap objek. Pembentukan sikap konsumen akan ditunjukan berupa tingkah
laku konsumen yang berupa pembelian di tempat itu.
Theory of-reasoned-action
model, menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada
tindakan pembelian atau penggunaan merk produk bukan pada merk itu sendiri
tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan
tingkat kepuasan.
4. Pentingnya Feeling dalam Memahami
Sikap Konsumen
Sikap mulai menjadi
fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara bahasa, Oxford
Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (attitude),
berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the
body, and Way of feeling.
5. Penggunaan Sikap dan Maksud untuk
Memperikan Perilaku Konsumen
Sebagai konsumen, kita
masing-masing mempunyai berbagai macam sikap terhadap produksi, jasa iklan,
pesanan langsung melalui surat, internet, dan toko ritel. Dalam konteks
perilaku konsumen, pengertian mengenai berbagai sikap yang umum akan memberi
manfaat strategis yang besar. Untuk sampai ke inti yang mendorong perilaku para
konsumen, riset sikap telah digunakan untuk mempelajari berbagai macam masalah
pemasaran yang strategis. Tujuan riset untuk mengenali sikap-sikap terakhir
sebagai dasar untuk memuaskan berbagai kebutuhan konsumen dengan lebih baik.
6. Dinamika
Proses Motivasi
Motivasi
menurut American Encyclopedia adalah kecenderungan dalam diri seseorang yang
membangkitkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi faktor kebutuhan
biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku
manusia. Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya
penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai
kepuasan. Motivasi konsumen adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai
suatu tujuan. Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu
perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi
motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang
diinginkan. Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali
berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha
untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam
konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul
karena danya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan
menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan
dipandang sebagai penggerak atau pembangkit.
7. Kegunaan
dan Stabilitas Pola Motivasi
Motivasi merupakan dorongan/tenaga
pendorong pada diri individu/seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi
kebutuhannya yang belum terpenuhi. Motivasi konsumen. Dalam menjawab pertanyaan
mengenai mengapa seseorang membeli produk tertentu, hal ini berhubungan dengan
motivasi seorang konsumen. Motivasi konsumen mewakili dorongan untuk memuaskan
kebutuhan baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis melalui pembelian dan
penggunaan suatu produk.
8. Memahami
Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan
konsumen merupakan faktor yang diperngaruhi oleh beberapa kriteria sebagai
berikut :
a.
Kebutuhan
yang dimaksud adalah keinginan yang dilandasi oleh kebutuhan yang tidak dapat
dihindari antara lain kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, kenyamanan,
keamanan dimana satu sama lain konsumen memiliki perbedeaan kebutuhan sosial
seperti aktualisasi diri, harga diri, perhatian orang lain sangat ditentukan
oleh strata sosial yang dimiliki konsumen misalnya tingkat penghasilan,
lingkungan. Kebutuhan individual seperti pendidikan, penampilan, dll.
b.
Keinginan
merupakan kebutuhan yang dibentuk oleh kultur dan kepribadian konsumen yang
akan membentuk permintaan yang akan memberikan kepuasan bagi konsumen
bersangkutan.
c.
Kebutuhan
psikologis, kebutuhan seperti ini dilatarbelakangi oleh kemampuan daya beli
konsumen yang melebihi tingkat kebutuhannya. Artinya kelompok konsumen yang
berpenghasilan tinggi secara psikologis mereka ingin tampil beda dengan
konsumen lainnya. Keinginan terhadap suatu produk tidak mempertimbangkan harga
tetapi produk yang mampu mengangkat harga dari konsumen seperti mobil, arloji,
lukisan, atau benda seni dan produk bermerk lainnya.
BAB
VIII
KEPRIBADIAN,
NILAI, DAN GAYA HIDUP
1.
Kepribadian
Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli
:
a.
Menurut
Yinger
Kepribadian
adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan
tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
b.
Menurut
M.A.W Bouwer
Kepribadian
adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan,
keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
c.
Menurut
Cuber
Kepribadian
adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh
seseorang.
d.
Menurut
Theodore R. Newcomble
Kepribadian
adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang
terhadap perilaku.
e.
Menurut
Gordon W. Allport
Kepribadian
adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang
menentukan tingkah laku.
Secara umum pengertian
kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun
dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap
segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan
kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut
bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan
mau belajar serta menambh pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin
matang dan mantap kepribadiannya.
Secara praktis konsep
kepribadian dapat didefinisikan sebagai seperangkat pola perasaan, pemikiran
dan perilaku yang unik yang menjadi standar respon konsumen untuk berbagai
situasi. Pola ini memiliki beberapa ciri khas yaitu :
a.
Mencerminkan perbedaan individu, oleh karena
kepribadian merupakan kombinasi pemikiran, perasaan dan perilaku, maka
kepribadian seseorang tidak akan pernah sama dengan yang lain sekalipun anak
kembar. Sehingga setiap konsumen tidak akan memberikan respon yang sama untuk
setiap stimulasi pemasaran yang disediakan konsumen. Bagi manajer pemasaran,
kepribadian dapat digunakan sebagai acuan untuk membagi pasar dalam beberapa
kelompok.
b.
Konsisten, pola tersebut memiliki keteraturan dan
keseragaman perilaku. Intinya seseorang bertindak dengan cara yang sama untuk
berbagai situasi yang berbeda. Meskipun kepribadian bersifat jangka panjang,
namun perilaku yang nampak dapat bervariasi karena adanya pengaruh lingkungan,
sosial budaya, psikologis dan situasional. Hal ini wajar karena kepribadian
hanyalah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen.
c.
Psikologis dan fisiologis, kepribadian adalah konsep
psikologis namun para peneliti berpendapat bahwa kepribadian juga dipengaruhi
oleh proses biologis dan kebutuhan manusia.
d.
Akibat dan perilaku, kepribadian tidak saja
mempengaruhi bagaimana cara konsumen bertindak dan merespon lingkungan tetapi
juga cara mana yang digunakan.
e.
Kepribadian dapat berubah, dalam beberapa situasi yang
signifikan kepribadian dapat berubah. Seseorang perempuan yang baru melahirkan
anaknya akan mengalami perubahan kepribadian dari seorang gadis menjadi seorang
ibu. Namun demikian perubahan kepribadian ini akan berjalan bertahap.
f.
Kepribadian berinteraksi dengan situasi, misalnya
dalam situasi pembelian orang yang dogmatic tidak akan seberani orang inovatif
dalam membeli produk baru. Sampai sekarang masih ada juga orang yang fanatic
pada produk dari negara tertentu yang dipandang sebagai negara berteknologi
tinggi dan memproduksi produk-produk yang berkualitas
2. Nilai-nilai Individu
Berdasarkan kepada
analisisnya , Freud mengemukakan bahwa nilai-nilai individu kepribadian manusia
terdiri dari 3 sistem yang saling mempengaruhi yaitu id, superego, dan ego.
a.
ID
Id dirumuskan sebagai “gudang” dari berbagai dorongan primitif dan impulsif
berupa kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa haus, lapar, dan seks yang
diusahakan individu untuk segera dipenuhi, terlepas dari bagaimana cara yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan itu.
b.
Superego
Sedangkan superego dirumuskan sebagai pernyataan diri individu mengenai
moral dan kode eti k yang berlaku di dalam masayarakat. Peran superego adalah
menjaga agar individu tersebut memuaskan kebutuhan dengan cara yang dapat
diterima masyarakat.
c. Ego
Terakhir, yaitu ego,
merupakan pengendalian individu secara sadar. Fungsinya sebagai pemantau dalam
diri manusia yang berusaha menyeimbangkan tuntutan id yang impulsi dengan
kendala sosial buadaya atas superego.
3. Konsep Gaya Hidup dan Pengukurannya
Gaya hidup hanyalah salah satu cara
mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah
bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang
mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang
bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan
ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan
sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan
akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang .
Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel
adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan
pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa
psychografi. Psychografi merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup
konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya.
Menurut Kasali gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu
dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan
opini-opininya.
Pendekatan gaya hidup cenderung
mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest,
Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan).
Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek
tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga
dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu.
4.
Pengukuran Ganda
Perilaku Individu
Pengukuran ganda perilaku individu
digunakan di dalam analisis perilaku konsumen. Kepribadian mempunyai efek atas
pembelian, namun gaya hidup memiliki efek yang lebih besar. Tentu saja
sumber daya seperti pendapatan dan waktu juga memberikan efek
yang penting. Ancangan elektrik terhadap gaya hidup adalah yang paling
praktis untuk mengembangkan strategi pemasaran.Tujuannya adalah mengerti
konsumen sebaik mungkin.
BAB
IX
MEMPENGARUHI
SIKAP DAN PERILAKU
1.
Dari Bujukan Hingga Konsumsi
Berawal dari Stimulan yang merupakan
masukan proses perilaku dibedakan atas rangsangan pemasaran dari pemasar dan
rangsangan dari lingkungan konsumen itu sendiri. Sedangkan proses pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh faktor personal maupun sosial konsumen. Respons
perilaku konsumen dapat dijadikan faktor yang dapat membentuk keputusan
pembelian (yaitu pembelian selanjutnya) atau tidak melakukan pembelian (menolak
produk yang ditawarkan).
Rangsangan pemasaran dari pemasar
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yaitu seluruh kegiatan
pemasaran yang meliputi bujukan hingga komunikasi mengenai produk tertentu yang
ditawarkan. Para pemasar dapat melakukan kegiatan yang dapat dijadikan teknik
modifikasi perilaku konsumen. Berbagai teknik modifikasi yang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen adalah melalui beberapa aspek
pemasaran yang meliputi aspek produk, aspek harga, dan aspek promosi.
2.
Teknik Modifikasi Perilaku
Modifikasi
perilaku dapat diartikan sebagai :
a. Upaya,
proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku.
b. Aplikasi
prinsip-prinsip belajar yg teruji secara sistematis untuk mengubah perilaku
tidak adaptif menjadi perilaku adaptif.
c. Penggunaan
secara empiristeknik-teknik perubahan perilaku untuk memperbaiki perilaku
melalui penguatanpositif, penguatan negatif, dan hukuman.
d. Usaha
untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip
psikologi hasil eksperimen pada manusia.
Tehnik-tehnik modifikasi perilaku
dalam perilaku konsumen adalah :
a. Dorongan Prompting
Yaitu permintaan untuk melakukan
suatu tindakan kepada seseorang. Barangkali setiap orang yang pernah memesan
makanan di restoran fast-food pernah menjumpai dorongan.
b. Teknik Banyak Permintaan (Many asking)
Yaitu mengajukan beberapa permintaan kepada konsumen
dengan mengawalinya dari permintaan yang kecil lalu ke permintaan yang lebih
besar. Atau sebaliknya, diawali dari permintaan besar kemudian diikuti oleh
permintaan lebih kecil.
c.
Prinsip
Resiprositas (Respority)
Yaitu tehnik meningkatkan kepatuhan konsumen atas
perimintaan pemasar dengan lebih dahulu menawarkan orang bersangkutan sejumlah
hadiah atau sample produk.
d.
Peran
Komitmen ( Committement)
Komitmen yang dipegang secara
konsisten akan meningkatkan jumlah pembelian. Komitmen yang tertulis akan dapat
meningkatkan konsistensi dalam bertransaksi Perusahaan penjualan door to door
telah menemukan keajaiban komitmen tertulis. Mereka dapat mengurangi tingkat
pembatalan hanya dengan meminta pelanggan mengisi formulir perjanjian penjualan
(sebagai tanda jadi).
e.
Pelabelan
(Labelling)
Melibatkan pelekatan semacam gambaran pada seseorang,
seperti `Anda Baik Hati`Label diduga menyebabkan orang memandang diri mereka
dengan cara yang diisyaratkan oleh labelnya. Pelabelan dapat digunakan oleh
pemasar intuk menarik hati calin konsumen, sehingga pembelian terjadiPemasar
pakaian dapat mengatakan, `Anda orang tua yang penuh perhatian.` di saat
menawarkan pakaian untuk anak orang tersebut.
f.
Insentif
(Insentif)
Insetif merupakan jaaran luas
alat-alat promosi, seperti korting harga, undian, rabat, kontes, dan kupon.
Insentif biasanya mewakili komponen penting dari keseluruhan strategi promosi
produk.
BAB X
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
1.
Pengertian
Kebudayaan
Kebudayaan dalam bahasa Inggris
disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin = colere
yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan
kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata buddayah
berasal dari kata budhi atau akal. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya
yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya
itulah yang disebut kebudayaan. Dengan kata lain kebudayaan adalah hasil cipta,
rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.
Dimanakah
Seseorang Menemukan Nilai-nilai yang Dianutnya ?
Individu tidak lahir dengan membawa
nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui
informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya.
Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang
benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini
sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain:
a.
Model atau
contoh,
dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat
lingkungannya dimana dia bergaul.
b.
Moralitas,
diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja
dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk
mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
c.
Sesuka hati
adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung
kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta
mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal
ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya
bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik
internal bagi individu tersebut.
d.
Penghargaan
dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti:
mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya
akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
e.
Tanggung jawab untuk
memilih : adanya
dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan
konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan
dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya
sendiri.
3.
Pengaruh Kebudayaan
Terhadap Perilaku Konsumen
Faktor budaya merupakan suatu yang
paling memiliki pengaruh paling luas pada perilaku konsumen. Pengiklan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial
pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku
seseorang.
Kebudayaan adalah faktor penentu
keinginan dan perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan
dan perilaku pembelian. Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka
masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya
tekhnologi produksi secara massal. Tekhnologi yang disebabkan oleh
berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi
barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang relatif murah.
Dengan adanya
kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami beberapa
bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi
penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi
masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis
sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
4.
Struktur Konsumsi
Dari bahasa belanda consumptie,
ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna
suatu benda baik berupa barang maupu jasa untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang
dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali
(Jawa: kulakan), maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa
sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja
sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing
sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen. Secara
matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai
hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran)
dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian
pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke
kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan harga dan
jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium)
dalam kurva penawaran (S).
5.
Dampak Nilai-nilai
Inti Terhadap Pemasar
Kebutuhan
Konsep
dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia
adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan
yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik
(makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri,
sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
Keinginan
Bentuk
kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual
dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan
memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan
yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas,
tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan
perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia
dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan
sumber daya. Contoh : manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan
lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya.
Permintaan
Dengan
keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya
manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling
memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan menusia akan
produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
6. Perubahan Nilai
Budaya
juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya
perluasan perubahan budaya yaitu :
a. Budaya
merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk
segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika
budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis
seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini
akan memberi kepuasan.
b. Budaya
adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan
kecenderungan. Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
c.
Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan
kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku
yang tepat.
Kebudayaan
yang semakin berkembang mengakibatkan pembelian dan konsumsi yang berubah pula.
Kebudayaan secara tidak langsung telah mempengaruhi dalam segala aspek
kehidupan manusia. Para pemasar dapat melihat perkembangan kebudayaan dengan
cara melalui penjualan produk yang dijual pada konsumen serta pengaruhnya
terhadap pembelian dan konsumsi mereka. Seraya melihat perubahan-perubahan
nilai kebudayaan yang terjadi pada masyarakat.
Strategi pemasaran juga
memiliki makna yang dipercaya bersama, seperti reaksi masyarakat terhadap
iklan. Masyarakat Amerika terbiasa mengungkap iklan dengan secara langsung dan
terbuka, bahkan dianggap terlalu ‘fulgar’ atau emosional oleh sebagian
masyarakat di negara lain. Atau promosi diskon dan penjualan murah, di sebagian
masyarakat bisa dianggap positif tetapi bagian masyarakat lain bisa berbeda dan
justru sering mendapat reaksi negatif karena adanya anggapan bahwa barang yang
didiskon pasti tidak berkualitas dan barang sisa, cuci gudang atau barang yang
tidak laku. Sehingga pemasar harus hati-hati menangkap makna budaya dari produk
dan merek yang akan dipasarkan dengan melihat lingkungan budaya yang melekat
pada target pasar yang akan dipilihnya.
7.
Perubahan Institusi
a. Variasi
nilai perubahan dalam nilai budaya terhadap pembelian dan konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
b. Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ” be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
c. Usia
Dalam hal ini apakah dalam budaya
pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan
dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor
budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh
di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka
dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika
yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki
lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil”
bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan
kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
d. Luas/batasankeluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara mereka.
BAB XI
PENGARUH KELAS SOSIAL DAN STATUS
1.
Jenjang
Sosial
Jenjang sosial selalu menjadi
masalah sebuah negara, baik negara maju maupun bagi negara yang sedang
berkembang. Masalah jenjang sosial sampai saat ini belum mendapatkan jalan
keluar, mengingat masih banyak pengangguran dan juga penghasilan masyarakat
yang belum mampu menutupi kebutuhannya sehari-hari. Karena itu, pemerintah
mengharapkan adanya kerjasama dengan berbagai kegiatan sosial, agar jenjang
sosial ini dapat diminimalisir.
2.
Pengertian Jenjang
Sosial
Jenjang sosial adalah kondisi dimana
seseorang berada pada posisi yang mencerminkan status sosial di masyarakat yang
memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kelas sosial di masyarakat yang sedang
diraihnya,sehingga jenjang sosial akan senantiasa berubah seiring dengan
pencapaian dan keberhasilan seseorang dalam merubah kelas sosialnya.
3.
Faktor Penentu
Kelas Sosial
Kelas sosial ada yang tercipta sejak
lahir namun ada juga yang harus dengan susash payah untuk mendapatkannya, baik
itu dengan sekolah maupun lembaga tinggi lainnya.
Menurut Engel,
Blackwell dan miniard (1995) mengemukakan pendapat Gilbert dan Kahl yang
menyebutkan bahwa ada sembilan variabel yang menentukan status atau kelas
sosial seseorang, kesembilan variabel tersebut digolongkan ke dalam tiga
kategori, yaitu sebagai berikut :
a. Variabel
ekonomi
-
Status pekerjaan
-
Pendapatan
-
Harta benda
b. Variabel
interaksi
-
Prestis individu
-
Asosiasi
-
Sosialiasi
c. Variabel
politik
-
Kekuasaan
-
Kesadaran kelas
-
Mobilitas
4.
Pengukuran Kelas
Sosial
Beberapa indikator lain yang
berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
a.
Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam
menentukan strata sosial/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya
kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial
tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang
cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk
menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Uang juga
memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang berujud upah dari
pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal lebih memiliki
prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi. Dengan demikian, sumber dan jenis penghasilan
seseorang memberi gambaran tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara
hidupnya.
Jadi, uang
memang merupakan determinan kelas sosial yang penting; hal tersebut sebagian
disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar belakang
keluarga dan cara hidup seseorang.
Sebagai
contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk
dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah
uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial
atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi
mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial
atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas
sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan
kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli.
Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan,
dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini
diperlukan waktu yang tidak singkat.
Uang juga
memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang berujud upah dari
pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal lebih memiliki
prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi. Dengan demikian, sumber
dan jenis penghasilan seseorang memberi gambaran tentang latar belakang keluarga
dan kemungkinan cara hidupnya.
Jadi, uang
memang merupakan determinan kelas sosial yang penting; hal tersebut sebagian
disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar belakang
keluarga dan cara hidup seseorang.
b.
Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan
yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara sadar
atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih terhormat daripada
jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Cina klasik,
dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang rendah serdadu; Sedangkan
orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa suatu jenis pekerjaan harus
memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini
merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian para ahli ilmu sosial.
Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan
yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat banyak pengecualian (?).
Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada umumnya memerlukan
pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari sempuma. Demikian
halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan
sebagai faktor determinan strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa
mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi kurang berharga bagi
masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ?
Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah itulah yang mungkin
merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua pekerja dalam
peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang penting, karena
begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Apabila
kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi
rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja, dan kebiasaan
sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga selera bacaan,
selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi keagamaannya. Dengan kata
lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat
berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
Keseluruhan
cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan pada strata sosial mana
orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk
mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun merupakan
indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial seseorang.
c.
Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling
mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi
memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan
mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan
ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat,
tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup
seseorang.
Dalam
beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo
(1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para
pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian,
perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka
sebanding.
5.
Apakah Kelas
Sosial Berubah ?
Menurut Paul B. Horton, mobilitas
sosial atau perubahan sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas
sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke
strata yang lainnya.
Sementara menurut Kimball Young dan
Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Kelas sosial yang
dimiliki oleh seseorang merupakan hasil kerja keras, dengan kerja keras tentu
kelas sosial akan meningat, namun untuk mempertahankannya pun butuh perjuangan,
bila tidak, maka kelas sosial yang sebelumnya dimiliki, akan mengalami
penurunan. Kelas sosial senantiasa akan berubah seiring dengan prestasi
seseorang dimasyarakat, untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu terjaga,
maka ia perlu menjaganya dengan usaha yang keras.
6.
Pemasaran
pada Segmen Pasar Berdasar Kelas Sosial
Dalam ilmu pemasaran, sebelum
melakukan berbagai macam promosi atau pendekatan pemasaran lainnya, pasar atau
segmen yang dibidik harus jelas lebih dahulu. Segmentasi merupakan seni
mengidentifikasikan serta memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar.
karena perilaku membeli sangat dipengaruhi oleh kelas sosial maka kelas sosial
dapat mensegmentasi pasar secara tepat dapat mengidentifikas golongan pasar
tertentu. Untuk mencapai hasil pemasaran yang optimal, kita pertama kali harus
terlebih dahulu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual.
Segmentasi pasar pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian
tertentu; bisa berdasar pembagian demografis; berdasar kelas ekonomi dan
pendidikan ataupun juga berdasar gaya hidup (psikografis).
Pembagian segmen yang
paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial ekonomi. Sebagai misal,
pembagain yang sering dilakukan adalah membagi lapisan pasar menjadi empat
kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B (menengah), dan kelas AB
(menengah atas) dan kelas A (golongan atas). Sebagai misal, produk kartu ponsel
Esia yang murah meriah cenderung ditujukan untuk golongan B dan golongan C.
Sementara produk mobil mewah seperti BMW atau produk tas Gucci ditujukan untuk
segmen kelas atas. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus
tentang mmarketing management dan strategy.
BAB XII
PENGARUH
INDIVIDU
1. Pengaruh Kelompok Referensi
Dalam
perilaku konsumen banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya
adalah individu itu sendiri. Setiap individu yang satu dengan individu yang
lain dalam mengkonsumsi suatu barang dan jasa pasti berbeda. Tetapi adakalanya
seorang individu dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh
individu lain sehingga individu tersebut mengikuti individu yang mempengruhinya
dan Perilaku seseorang amat dipengaruhi oleh berbagai kelompok-kelompok yang
memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang.
Kelompok
referensi dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan sebagai kelompok
yang yang dapat memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut
dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan
pengaruh secara langsung terhadap seseorang. Adapun anggota kelompok ini
biasanya merupakan anggota dari kelompok primer seperti keluarga, teman,
tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi dengan secara langsung dan terus
menerus dalam keadaan yang informal. Tidak hanya kelompok primer, kelompok sekunder
yang biasanya terdiri dari kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi perdagangan
juga dapat disebut sebagai kelompok keanggotaan.
2.
Pengaruh
Rata-rata
Perilaku
konsumsi kita adalah fungsi dari siapa kita sebagai individu. Pikiran,
perasaan, sikap, dan pola perilaku menentukan apa yang kita beli, ketika kita
membelinya, dan bagaimana kita menggunakannya. Konsumen motivasi. Tugas pemasar
adalah untuk mencari tahu apa kebutuhan dan keinginan konsumen memiliki, dan
apa yang memotivasi konsumen untuk membeli. Motivasi adalah drive yang memulai
semua perilaku konsumsi kita, dan konsumen memiliki motif ganda, atau tujuan.
Beberapa ini adalah terbuka, seperti haus fisiologis yang memotivasi konsumen
untuk membeli minuman ringan atau kebutuhan untuk membeli setelan jas baru
untuk wawancara. Motif lain yang lebih jelas, seperti kebutuhan siswa untuk
tote sebuah bookbag Kate Spade atau memakai Doc Martens untuk memperoleh
persetujuan sosial. Kebanyakan kegiatan konsumsi adalah hasil dari beberapa
motif yang beroperasi pada waktu yang sama. Para peneliti yang dilatih khusus
dalam mengungkap motif sering menggunakan teknik penelitian kualitatif di mana
konsumen didorong untuk mengungkapkan pikiran mereka (kognisi) dan perasaan
(mempengaruhi) melalui dialog menyelidik. Fokus kelompok dan wawancara mendalam
memberikan konsumen kesempatan untuk mendiskusikan produk dan mengungkapkan
pendapat tentang kegiatan konsumsi. Moderator terlatih atau pewawancara sering
mampu memasuki motif prasadar yang mungkin tidak terdeteksi. Nilai adalah
tujuan hidup masyarakat luas yang melambangkan mode disukai berperilaku
(misalnya, independen, penuh kasih, jujur) atau akhir negara yang disukai
(misalnya, rasa keberhasilan, cinta dan kasih sayang, pengakuan sosial).
Konsumen membeli produk yang akan membantu mereka mencapai nilai yang
diinginkan, mereka melihat atribut produk sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Memahami perspektif berarti-end dapat membantu posisi yang lebih baik pemasar
produk dan membuat lebih efektif dan kampanye iklan promosi. Konsumen memproses
informasi ini membantu konsumen Pendekatan pemrosesan informasi dalam memahami
perilaku konsumtif dengan berfokus pada urutan aktivitas mental yang digunakan
orang dalam menafsirkan dan mengintegrasikan lingkungan mereka.
BAB XIII
PENGARUH KELUARGA DAN RUMAH TANGGA
1.
Keluarga dan
Studi Tentang Perilaku Konsumen
Keluarga dapat pempengaruhi perilaku
Konsumen . Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan
dan situasi. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama
hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok
dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status
yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Para anggota
keluarga dapat mempengaruhi dengan kuat terhadap perilaku membeli. Kita dapat
membedakan dua maaca keluarga dalam kehidupan pembeli. Pertama, keluarga
sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orangtua. Kedua, keluarga sebagai
sumber keturunan, disani adanya hubungan yang saling mempengaruhi (suami-istri
dan anak). Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan
konsumsi adalah penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis perilaku
konsumen. Pentingnya keluarga timbul karena dua alasan.
Pertama, banyak produk yang dibeli
oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga. Rumah adalah contoh
produk yang dibeli oleh kedua pasangan, barangkali dengan melibatkan anak,
kakek-nenek, atau anggota lain dari keluarga besar. Mobil biasanya dibeli oleh
keluarga, dengan kedua pasangan dan kerap anak remaja mereka
terlibat dalam pelbagai tahap keputusan. Bentuk favorit dari kegiatan waktu
senggang bagi banyak keluarga adalah berkunjung ke pusat perbelanjaan setempat.
Kunjungan tersebut kerap melibatkan banyak anggota keluarga yang membeli
pelbagai barang rumah tangga, busana, dan barangkali bahan makanan. Perjalanan
tersebut mungkin pula melibatkan semua anggota dalam memutuskan di restoran
fast-food mana untuk membelanjakan pendapatan keluarga yang dapat digunakan.
Kedua, bahkan ketika pembelian
dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat
dipengaruhi oleh anggota lain.dalam keluarganya.
Anak-anak mungkin membeli pakaian yang dibiayai dan disetujui oleh orang tua.
Pengaruh seorang remaja mungkin pula besar sekali pada pembelian pakaian
orangtua. Pasangan hidup dan saudara kandung bersaing satu sama lain dalam
keputusan tentang bagaimana pendapatan keluarga akan dialoksikan untuk
keinginan individual mereka. Orang yang bertanggung jawab untuk pembelian dan
persiapan makanan keluarga mungkin bertindak sebagai individu di pasar swlayan,
tetapi dipengaruhi oleh preferensi dan kekuasaan anggota lain dalam keluarga.
Konsumen tersebut mungkin menyukai makanan dan kegiatan waktu senggang yang
sama, dan mengemudikan merek mobil yang sama dengan anggota yang lain dalam
keluarga. Pengaruh keluarga dalam keputusan konsumen benar-benar meresap.
Studi tentang keputusan keluarga
sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai
konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah
kesulitan dalam mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan
metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu
daripada untuk keluarga. Pemberian kuesioner kepada seluruh keluarga
membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu yang lebih kurang sama, dengan
menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama bagi semua anggota keluarga, dan
menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga yang sama melaporkan opini yang
bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh keluarga atau pengaruh relative
dalam keputusan tersebut.
2.
Penentu Keputusan
Pembelian pada Suatu Keluarga
Keluarga memiliki pendapatan rata-rata
yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga karena jumlah yang lebih
banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga. Untuk keluarga maupun
rumah tangga, keempat variabel structural yang paling memberi dampak pada
keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia
kepala rumah tangga atau keluarga, ststus perkawinan, kehadiran anak, dan
ststus pekerjaan.
Keluarga adalah sama dengan
perusahaan; keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu
yanmg lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang
paling jelas bahwa dua oramg dapat mencapai lebih baik daripada satu orang
adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini
mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi
dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makana,
perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk.lain. anak di dalam keluarga dapat
menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan,
restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.
3.
Family Life
Cycle (FLC)
Konsep
family life cycle merupakan alat untuk menggambarkan serangkaian tahap
perkembangan kebanyakan keluarga. Untuk menggambarkan realitas berbagai macam
tatanan keluarga dan gaya hidup sekaranag maka konsep family life cycle dapat
dibagi dua :
Skema Family
Life Cycle Tradisional
-
Tahap 1, masa lajang, orang muda lajang hidup
terpisah dari orang tua.
-
Tahap 2, pasangan yang berbulan madu.
-
Tahap 3, orang tua, mempunyai satu anak dan tinggal
serumah.
-
Tahap 4, pasca orang tua, suami istri yang sudah tua,
anak-anak tidak tinggal serumah.
-
Tahap 5, disolusi, seorang suami atau istri yang masih
hidup.
4.
Perubahan Struktur
Keluarga dan Rumah Tangga
Memahami perubahan struktur keluarga
dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan sebagai konsumen. Keputusan
membeli dalam keluarga di pengaruhi oleh keadaan sudah menikah atau belum,
ukuran jumlah anggota keluarga, hal tersebut mempengaruhi jumlah belanjaan yang
akan dibeli maupun budget yang akan di siapkan untuk mengambil keputusan dalam
hal membeli suatu barang. Banyak dari mereka benar-benar menghitung jumlah
pengeluaran mereka sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi dalam keluarga
mereka sehari-hari, mana yang sekiranya menjadi keputusan yang utama mana yang
belum menjadi prioritas saat itu.
5.
Metode Riset
untuk Mengetahui Pengambil Keputusan oleh Keluarga
Studi mengenai struktur peran kerap
memandang pembelian sebagai tindakan ketimbang proses dan mendasarkan temuan
pada pernyataan seperti “siapa biasanya yang menambil keputusan pembelian?”
atau “siapa yang mengambil keputusan ?
Namun, bukti tersebut menunjukkan
bahwa peranan dan pengaruh anggota keluarga bervariasi menurut tahap di dalam
proses keputusan. Sebuah contoh dari metodologi proses diberikan oleh Wilkes,
yang merasa bahwa pernyataan berikut ini berguna untuk mengukur pengaruh
keluarga :
a.
Siapa yang bertanggung jawab untuk
pengenalan awal?
b.
Siapa yang bertanggung jawab untuk
memperoleh informasi mengenai alternative pembelian?
c.
Siapa yang mengambil keputusan akhir
mengenai alternative man yang harus dibeli?
d.
Siapa yang membuat pembelian actual
terhadap produk?
Hasil yang lebih baik
diperoleh dengan menggunakan metodologi ini dibandingkan dengan ukuran yang
lebih global. Suami dan istri lebih mungkin menganut persepsi yang sama
mengenia pengaruh relative mereka untuk fase tertentu daripada bila pengajuan
pertnyaan gagal menanyakan tentang tahap-tahap keputusan.
Bila anda menyiapkan
analisis pengaruh keluarga pada keputusan keluarga dalam hal pembelian atau
konsumsi, sebagian besar teknik penelitian akan sama dengan studi penelitian
pemasaran yang lain.
BAB XIV
PENGARUH
SITUASI
1.
Tipe-tipe
Situasi Konsumen
a.
Situasi komunikasi
Situasi
Komunikasi adalah suasana atau lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi
atau melakukan komunikasi.
b.
Situasi pembelian
Situasi
Pembelian adalah lingkungan atau suasana yang dialami/dihadapi konsumen ketika
membeli produk dan jasa. Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian Misal:
Ketika Konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng
Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di
swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat
sensitif terhadap harga. Konsumen tsb mungkin akan menunda pembelian Coke dan
mencari di tempat lain.
c.
Situasi pemakaian
Situasi
Pemakaian disebut juga situasi penggunaan produk dan jasa merupakan situasi
atau suasana ketika konsumsi terjadi. Konsumen seringkali memilih suatu produk
karena pertimbangan dari situasi konsumsi. Misal: Konsumen Muslim sering
memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat sholat atau pada acara keagamaan.
Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya,
dan jarang digunakan untuk pergi bekerja Para Produsen sering menggunakan
konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan
sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada
pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian
untuk santai dan berolahraga.
2.
Interaksi Individu
dengan Situasi
Situasi pembelian mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap keputusan pembelian konsumen dengan gaya hidup believer.
Hal ini menunjukkan bahwa situasi pembelian mampu menghadirkan keinginan
konsumen untuk membeli karena situasi ini bisa menjadi stimulus terhadap keputusan konsumen untuk membeli. Gaya
hidup pembelian juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan
pembelian konsumen atas sesuatu. Konsumen dengan gaya hidup believer
ternyata juga mengikuti mode-mode pakaian khususnya misalnya celana jeans
sehingga gaya hidup mereka berpengaruh terhadap keputusan pembelian yang
dilakukan. Situasi pembelian dan gaya hidup terhadap mode bagi konsumen
dengan gaya hidup believer ternyata cukup tinggi mampu mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen dengan pengaruhnya sebesar 68%.
3.
Pengaruh Situasi Tak Terduga
Memahami perilaku membeli dalam situasi yang tak terduga. Bagaimana
seseorang mengerti akan potensi dari pengaruh situasi yang tak terduga yang
dapat merusak keakuratan ramalan yang didasarkan pada maksud pembelian, yang
tadinya ia tidak mau membeli barang tapi karena susatu hal jadi membeli barang
tersebut. Contoh : saat jalan ke pusat perbelanjaan, ibu terlihatt ingin
membeli baju baru padahal awalnya mereka ke pusat perbelanjaan hanya untuk
belanja bulanan. Situasi tidak terduga dapat menjadi pemicu
seseorang untuk membeli suatu barang. Misalnya mahasiswi yang akan mengikuti
ujian dan lupa membawa bolpoin dan pensil, maka secara otomatis dia akan
membeli dulu bolpoin dan pensil sebelum mengikuti ujian tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
wartawarga.gunadarma.ac.id
http://www.slideshare.net/reneeshable/chapter-8-pembentukan-dan-pengubahan-sikap-konsumen
http://sihombingruben.blogspot.com/2009/11/motivasi-konsumen_2991.html
http://nitapuspita.wordpress.com/2011/02/26/memahami-pasar-dan-kebutuhan-konsumen/
http://delviadelvi.wordpress.com/2011/01/20/sikap-motivasi-dan-konsep-diri-terhadap-perilaku-konsumen/
http://www.slideshare.net/reneeshable/chapter-8-pembentukan-dan-pengubahan-sikap-konsumen
http://sihombingruben.blogspot.com/2009/11/motivasi-konsumen_2991.html
http://nitapuspita.wordpress.com/2011/02/26/memahami-pasar-dan-kebutuhan-konsumen/
http://delviadelvi.wordpress.com/2011/01/20/sikap-motivasi-dan-konsep-diri-terhadap-perilaku-konsumen/
http://id.wikipedia..org/wiki/informasi#cite_ref-0.
American Heritage Dictionary: Information .
http://earldimara.blogspot.com/2011/10/pengaruh-situasi.htmlhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/11/jenis-jenis-situasi-konsumen-psi-konsumen/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar